Langsung ke konten utama

Postingan

Melanjutkan hidup.

"Lagipula kau akan tetap melanjutkan hidup," batinku suatu hari. "Dan aku akan bisa jatuh cinta kembali," ujarku menjawab pikiranku sendiri. "Lagipula dia telah bahagia," ucap yang lain lagi. "Lagipula sudah tidak ada waktu yang tepat untuk kembali," kata yang lain menimpali. Dulu ku pikir hidupku tak lagi ada warnanya saat kau tak ada, Masih melekat ingatan tentang jaket berwarna biru yang kau kembalikan di hari terakhir kita bertemu, dan masih menyimpan wangimu. Masih teringat jelas pula betapa di hari itu kau mengenakan kemeja merah terbaikmu seakan tak akan pernah ada lagi kesempatan bagiku untuk melihatnya. Masih melekat juga rasanya menangis dua hari sebelum tahun baru, Saat aku menahan keinginan setengah mati untuk mengunduh kembali aplikasi pesan singkat itu. Membuka-tutup pesan perpisahan tentang ceramahmu agar aku tetap melanjutkan hidup, Berharap waktu berhenti kali itu saja. Masih melekat pula ingatan bahwa satu tahun setelahnya kau m
Postingan terbaru

Kita belum benar-benar usai

Yang pertama kali aku sadari sesaat setelah sampai di Bandung kemarin malam, Adalah restoran siap saji tempat kita menghabiskan hampir 24 jam dalam sehari untuk bercengkerama itu, kini telah berubah... Menjadi restoran khas Padang dengan jenama yang entah sulit sekali aku melafalkannya. Dulu, di restoran siap saji itu, kita pernah berdebat hanya karena es krim yang tumpah. Tetapi setelah itu kita tertawa tergelak, "Kenapa kita kayak anak kecil, ya?" katamu. Lalu kita pergi dari tempat itu, mencari dua mangkuk bakso yang ternyata lebih nikmat daripada segelas es krim kelewat mahal itu. Dan pembicaraan kita pun kembali menghangat bersama kuah bakso yang kita biarkan dingin. Aku, hanya ingin memastikan apakah cerita-cerita itu masih menggelayuti kepalaku ketika pulang ke Bandung lagi. Nyatanya, masih. Ojek daring yang menjemputku pagi ini pun mengantarku ke Kineruku. Tempat kita banyak menghabiskan waktu dalam diam selama enam jam, mulai toko ini buka sampai akan tutup, tanpa be

Novo Amor, Kapel, dan Seandainya.

Cinta berakhir pada kata “seandainya”. Seperti seorang astronaut yang tersesat, Lalu menjatuhkan roketnya di entah yang mana. Bersama gagang telepon dan koin rindu yang disimpan terlalu lama, Novo Amor berhenti pada kata “seandainya”. Karena Kapel Pines di Florida sudah lama ditinggalkan di orbit lima-enam-lima.   Aku tak pernah membuat puisi macam ini, Tiga tahun sudah semenjak pergimu membuat nyaliku berhenti. Tenggelam seperti perempuan di video klip itu, Seorang astronaut yang mungkin berharap bisa memutar waktu.   Dua sembilan Agustus, katanya. Tapi waktu berhenti di “seandainya”. Serotonin-nya lebur bersama roketnya yang berharga, Kemudian berhenti merasakan bahagia. Ia kembali mengucap, “Dua Sembilan Agustus”. Seandainya kita sama-sama jujur, mungkin apa yang kita tanam berdua di masa lalu, bisa tumbuh terus. Tapi daya kita hanya berhenti di “seandainya”, Dan aku hanya pecundang yang masih kerapkali menangis meratapi foto-foto lama.   Wa

Sarung Bantal

Pada satu tarikan nafas menjelang tidur, Pernahkah kau mendengarkan secara seksama, Detak jantung yang menggema melalui suara di balik sarung bantalmu? dug dug... dug dug... dug dug... Terkadang pelan, cepat, atau bahkan terlalu cepat, Tetapi ia masih di sana, Memberi pertanda, hari ini hidup masih baik-baik saja. Memberi tenang, setidaknya sebelum menutup mata,  Kita tahu hari ini masih punya nyawa. Poros dunia dapat dicari dan ditemukan di mana saja, Tergantung bagaimana kita mau memaknainya. Tapi entah, aku menanamkannya di balik selembar kain tipis, tempat ku menugaskannya mengantarku pada alam yang benar-benar lain. Menyempatkan waktu untuk menepuk-nepuknya, Menempatkan leher pada posisi ternyaman yang bisa ku terima, Menghentikan sejenak sibuknya hidup yang telah cukup menguras tenaga. Ada berbagai jenis yang dapat kita pilih di luar sana, Dalam ukuran, warna, bentuk, dan ragam yang berbeda. Kau bisa memilih satin, sutra, atau perca. Bahan di baliknya juga bisa dipilih sesuai sel

Satu. Arum

Beberapa tempat, aroma, suasana, benda, hingga luka bisa membuat sebagian orang mengingat kembali, Tapi kali ini aku tak akan bercerita tentang jiwa-jiwa yang sakit hati. Alkisah di negeri peristiwa, Benang-benang saling berkumpul dan berbicara layaknya manusia, Dan jarum adalah musuh yang kerapkali datang membawa bencana. Setiap kali pasukan jarum datang, pak Kunang selalu siap memimpin di depan tuk menghadang. Entah siapa orang pertama yang menyebutnya Pak Kunang, Yang jelas Pak Kunang adalah singkatan dari kepala suku negeri benang. Di kawasan perbatasan yang memisahkan negeri benang dan negeri jarum, Berdirilah pondok kecil tempat tinggal seorang petani bernama Arum. Ia adalah seorang petani perempuan muda yang pandai mengolah gandum, Setiap pagi, ia selalu menyapa setiap penduduk yang lewat dengan senyum. Sayang seribu sayang, Arum adalah perempuan yang keras hati. Berpuluh kali lelaki berusaha untuk mendekati, Arum tetap saja menutup diri. Tiada yang pernah tau

The American Dreams from The Lense of La La Land

A fan art from Hyuna Lee on tumblr:  https://lee2419.tumblr.com/ Film yang dibintangi oleh Emma Stone dan Ryan Gosling ini nggak pernah nggak meninggalkan bekas kalau ku tonton kembali. A clichĂ© American Dreams yang sangat jelas ditampakkan pada mimik Sebastian membuat aku lekat dalam scene demi scene -nya. Pada adegan setelah Sebastian menjemput Mia di cafĂ© tempat kerjanya, ada satu kalimat yang ku suka, “ Yea, that’s LA. They worship everything and they value nothing .” Well honestly , tulisan kali ini akan berujung pada curhat juga sih. Karena, setiap kali nonton film yang bagus banget itu aku otomatis merasa menjadi bagian di dalamnya juga. Hanya saja, kali ini aku benci banget sama Mia. Awalnya seneng banget sama dia, lama-lama mikir juga, “Duh, mbak, kamu naif. Kamu bodoh. Hih gemas,” gitu lah intinya. from  https://dusttalks.files.wordpress.com/2017/05/original.jpg Aku menggemari Mia hanya sampai dia menyanyikan sebuah lagu yang sampai saat ini diberi judul “Au

Selamat malam, anggap saja ini curhat, ya.

taken from Pinterest, related to this website:  https://selfmadeladies.com/manifesting-challenge/ Selasa (15/04/2019) Beberapa hari ini jadi sulit tidur. sepertinya, gara-gara sudah cukup jengah dengan so-called   work from home ini. Sudah mencoba berbagai cara, mulai dari minum susu sebelum tidur, olahraga aerobik mandiri pakai Youtube di kosan, sampai ngikutin step-step yoga dan nggak bisa-bisa. Baca sebelum tidur, sudah menjadi kebiasaan jadi itu nggak ampuh-ampuh banget buat ngilangin insomnia kronis ini. Sejak kecil, mungkin SMP lebih tepatnya, insomnia ini lahir dari kebiasaan. Dulu sebelum ada gadget tapi sudah ada jaringan internet, utamanya warnet waktu itu, aku keseringan cari-cari teori konspirasi yang sampai sekarang ku sesali karena ya, bodoh banget anjir ngapain. Dulu, sepulang dari warnet tuh kepikiran, jadi suka halusinasi sendiri pengen punya misi untuk membobol situs CIA. Lintang, betapa naifnya mimpimu, nak. Nah, dulu akhirnya jadi suka baca, tapi tetep b